Selasa, 24 Mei 2011

Menghidupkan Hati

Allahumma sholi ala Syyaidina Muhammadinni fatihi lima ughliko wal’khotimi lima sabaqo wanasiril haqo bilhaqqi wal’hadi ila shirotikal mustaqiim wa’sholallahu alaiihi wa’ala alihi washobihi haqqo qodrihi wamiqdarihil aziim.
Hati yang mati akan hidup kembali bila menerima benih Tauhid dari hati yang hidup, karena benih seperti itu sehat dan bersih, cerdas dan aktif. Tidak ada pohon yang tumbuh dari biji benih yang kering dan kerontang dan mati.Hati yang hidup adalah hati yang sudah digerakan, dibangun dan di besarkan dengan Kalimat Tauhid. Orang yang memiliki hati yang hidup adalah orang yang berjiwa besar karena ia dekat dengan Allah Yang Maha Besar.
Kalimat Tauhid yaitu La ilaha illallah tersebut ada pada dua tempat dalam Al-Qur’an, sebagaimana disebutkan sebagai berikut:
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila di katakan kepada mereka La ilaha illalla, mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata,”Apakah kami harus meninggalkan Rabb-Rabb kami karena seorang penyair gila.” (QS Ash-Shaffat:35-36)

Inilah keadaan orang biasa atau orang awam, yang hanya memandang kepada yang zahir/tampak, dapat dilihat oleh mata kasarnya, dan wujud zahir yang di kenalnya saja yang dikenalnya sehingga mereka mereka mempertuhankan benda-benda zahir itu.

“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Rabb selain Allah (La ilaha illallah) dan memohon ampun atas dosa yang kamu perbuat serta dosa orang-orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu. (QS Muhammad:19)
Firman Allah itu adalah petunjuk bagi orang-orang Mukmin sejati yang takwa kepada Allah Swt.

Syyaidina Ali meminta junjungan Nabi besar Muhammad Saw untuk mengajarkan amalan yang paling mudah, namun bermutu paling tinggi, sehingga ia dapat lebih mudah mencapai kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Maka Baginda Rasulullah Saw termenung sejenak menunggu datangnya malaikat Jibril membawa jawaban dari Allah.
Tak lama kemudian malaikat Jibril pun datang mengajarkan Rasulullah Saw. La ilaha sambil memalingkan mukanya kekanan, kemudian menyebut illallah sambil memalingkan mukanya kekiri sambil menuju hati. Malaikat Jibril mengulangi perbuatan ini sebanyak tiga kali. Rasulullah Saw mengikuti apa yang dilakukan malaikat Jibril sebanyak tiga kali pula, kemudian Rasulullah saw mengajarkan kepada Syyaidina Ali.
Sayyidina Ali adalah orang yang pertama kali menanyakan hal ini dari orang yang pertama kali mendapat pelajaran dari Malaikat Jibril tentang cara melakukan amalan yang paling mudah tapi paling tinggi mutunya

Senin, 16 Mei 2011

DZIKRULLOH


Kita diperintah menegakkan sholat, lalu apakah perlunya kita menegakkan sholat ?
Didalam Al Qur-an diterangkan :
WA-AQIMISH SHOLAATA LIDZIKRII. ( Q.S. Thoha / 20 / Ayat 14 )
Artinya : " Dan tegakkanlah sholat untuk dzikir kepadaKu ".

Jadi perlunya ialah : ( LIDZIKRII ) : " untuk dzikir kepadaKU ".

Adapun dzikir itu bermacam-macam :

1. Ada dzikir dengan lesan.
Sebagaimana tersebut dalam Al Qur-an :
 IDZA DZUKIROLLOOHU WAJILAT QULUUBUHUM.
( Q.S. Al Haj / 22 / Ayat 35 ).
Artinya :" Ketika disebut Nama Alloh, bergetarlah hatinya ".
Jadi ketika Asma Alloh disebut dengan lesan maka bergetarlah hatinya.
Jadi ini adalah dzikir secara lesan.

2. Ada dzikir dengan hati.
Sebagaimana diterangkan dalam Al Qur-an :
WADZKUR ROBBAKA FII NAFSIKA TADLORRU`AN WAKHIIFATAN WADUUNAL JAHRI MINAL QOULI
( Q.S. Al A'rof / 7 / Ayat 205 ).

Artinya : " Dzikirlah kepada Tuhanmu didalam hatimu dengan ndepe-ndepe ( merendahkan diri / tunduk ) dan merasa takut, dan tidak dengan jahar dari ucapan ".

Ayat ini menerangkan bahwa dzikir dengan hati itu :
·         Ada dzikir jahar ( dzikir dengan hati dan dengan lesan ).
·         Dan ada dzikir sirri ( dzikir dengan hati 

Adapun penjelasannya masing-masing ialah :
a). Dzikir Sirri ( dzikir dengan hati saja ).

Perintah dzikir sirri ini disebutkan dalam Al Qur-an :

WADZKUR ROBBAKA FII NAFSIKA TADLORRU'AN WAKHIIFATAN WADUNAL JAHRI.
( Q.S. Al A'rof / 7 / Ayat 205 ).
Artinya :" Dzikirlah kepada Tuhanmu didalam hatimu dengan ndepe-ndepe (merendahkan diri / tunduk/ ndingkluk) dan merasa takut, dan tidak dengan jahar ".
                        
" Dengan merendahkan diri (sarono ndepe-ndepe / ndingkluk) ".
 " Dengan merasa takut ".
 " Dan bukan dzikir jahar ".

Tapi kadang-kadang waktu dzikir sirri itu kelihatannya tadlorru' ( menunduk ) tapi ternyata ngantuk, atau kadang-kadang diwaktu jum`atan duduknya didepan khotib, kelihatannya dzikir sirri, ternyata juga tidak tadlorru' tapi ngantuk.

b). Dzikir Jahar ( Dzikir dengan hati dan dengan lesan ).

Ini diterangkan dalam lanjutan ayat diatas :
MINAL QOULI ( Q.S. Al A'rof / Ayat 205 ).  Artinya : " Dari ucapan ".
 Jadi ada dzikir jahar dan ada dzikir sirri.

3. Ada lagi dzikir haal ( dzikir dengan tingkah ).

Dzikir haal / dzikir tingkah itu bukan dzikir hati dan juga bukan dzikir lesan.
Adapun dzikir haal / dzikir tingkah ini adalah badannya yang dzikir; dzikir dengan berdiri, dzikir dengan duduk, dan dzikir dengan berbaring, sebagaimana tersebut dalam Al Qur-an :
YADZKURUUNALLOOHA QIYAAMAN WAQU'UUDAN WA'ALAA JUNUUBIHIM ( Q.S. Ali Imron / 3 / Ayat 191 )
Artinya : " Dzikir kepada Alloh dengan berdiri dan dengan duduk dan dengan berbaring ".

Jadi dzikir itu bermacam-macam ; badan bisa dzikir, lesan bisa dzikir, dan hati juga dzikir.

Sehingga dzikir :
- Ada dzikir dengan lesan ( Kalamul `Ibaarot).
- Ada dzikir dengan hati ( Kalamudh dhonni ).
- Dan ada dzikir dengan tingkah ( Kalamul isyaaroh ).

Adapun perintah dzikir yang ada dalam Al Qur-an :
WA-AQIMISH SHOLAATA LIDZIKKRII. ( Q.S. Thoha / 20 / Ayat 14 )
ini maksudnya dzikir dengan menggunakan apa ?

Sholat itu adalah : (SHILLATUN) artinya : hubungan.
(SHILLATUN ILALLOOH) artinya : Hubungan kepada Alloh .

Adapun yang dimaksud dzikir dalam ayat ini adalah dzikir yang meliputi :
1.   Dzikir dengan lesan. Yakni diwaktu sholat, lesan mengucap " Alloohu Akbar ".
2.   Dzikir dengan hati.   Yakni diwaktu sholat, hati ingat kepada Alloh, hatinya tidak keluyuran.
3.   Dzikir dengan hal.  Yakni dzikir dengan anggota badan :
     – Badan berdiri mengisyaratkan huruf ( alif )
     – Ruku` mengisyaratkan huruf ( lam )
     – Sujud juga mengisyaratkan huruf ( lam )
     – Kemudian duduk mengisyaratkan huruf ha' )

Dan huruf-huruf tersebut yakni : Huruf alif, huruf lam, huruf lam kedua, dan huruf ha', apabila digandeng maka bunyinya menjadi lafadh (ALLOH).

Maka sholat yang memakai kalamul isyarat ( berdiri, ruku', sujud dan duduk ) itu apabila kita lihat bunyinya juga lafadh :(ALLOH).

Dan tingkah berdiri, ruku', sujud, dan duduk, bila digandeng maka menjadi sholat. 
    
Jadi sholat itu ialah ibadah yang meliputi :
(MA`RIFATUN BIL QOLBI)
(QOULUN BIL LISAANI)
(`AMALUN BIL ARKAANI).

Tidak berbeda 'luar' dengan 'dalam' nya, dan tidak berbeda 'dalam' dengan 'luar' nya, kedua-duanya itu sama-sama : AQIMISH SHOLAATA LIZDIKRII.

Makanya tidak ada dzikir yang seperti sholat , karena sholat adalah dzikir yang meliputi keseluruhan, yaitu meliputi dzikir dengan lesan, dzikir dengan hati, dan dzikir dengan tingkah.

Jadi sholat itu adalah dzikir 'luar' dan 'dalam', dzikir 'dalam' dan 'luar'. 
Apabila 'yang luar' mengucap " Alloohu Akbar ", meskipun dengan berdiri, ruku', sujud dan duduk, akan tetapi kalau hatinya itu ngelencer kemana-mana maka itu namanya ' yang dalam ' tidak ikut dzikir, tidak ikut sholat. Dan sholat yang seperti ini adalah sholat yang tidak sempurna, atau sholat yang tidak meliputi :
QOULUN BIL LISAANI, `AMALUN BIL ARKAANI, MA`RIFATUN BIL QOLBI

Selasa, 03 Mei 2011

Shalat.... Shalat....

Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertohngan (kepada Allah) dengan
sabar dan shalat.(QS. Al-Baqarah: 153)
Jika Anda diliputi ketakutan, dihimpit kesedihan, dan dicekik
kerisauan, maka segeralah bangkit untuk melakukan shalat, niscaya jiwa
Ada akan kembali tenteram dan tenang. Sesungguhnya, shalat itu  atas
izin Allah sangatlah cukup untuk hanya sekadar menyirnakan kesedihan
dan kerisauan.
Setiap kali dirundung kegelisahan, Rasulullah s.a.w. selalu meminta
kepada Bilal ibn Rabbah, "Tenangkanlah kami dengan shalat, wahai Bilal."
(Al-Hadits) Begitulah, shalat benar-benar merupakan penyejuk hati dan
sumber kebahagian bagi Rasulullah s.a.w.
Saya telah banyak membaca sejarah hidup beberapa tokoh kita. Dan
umumnya, mereka sama dalam satu hal: saat dihimpit banyak persoalan
sulit dan menghadapi banyak cobaan, mereka meminta pertolongan kepada
Allah dengan shalat yang khusyu'. Begitulah mereka mencari jalan keluar,
sehingga kekuatan, semangat dan tekad hidup mereka pun pulih kembali.
Shalat Khauf diperintahkan untuk dikerjakan pada saat-saat genting.
Yakni ketika nyawa terancam oleh hunusan pedang lawan yang dapat
menyebabkan kekalahan. Ini merupakan isyarat bahwa sebaik-baik penenang
jiwa dan penentram hati adalah shalat yang khusyu'.
Bagi generasi umat manusia yang sedang banyak menderita penyakit
kejiwaan seperti saat ini, hendaklah rajin mengenal masjid dan menempelkan
keningnya di atas lantai tempat sujud dalam rangka meraih ridha dari Rabbnya.
Dengan begitu, niscaya ia akan selamat dari pelbagai himpitan bencana.
Akan tetapi, bila ia tidak segera mengerjakan kedua hal tadi, niscaya air
matanya justru akan membakar kelopak matanya dan kesedihan akan
mehancurkan urat syarafnya. Maka, menjadi semakin jelas bahwa, seseorang
tidak memiliki kekuatan apapun yang dapat mengantarkannya kepada
ketenangan dan ketenteraman hati selain shalat.
Salah satu nikmat Allah yang paling besar  jika kita mau berpikir 
 adalah bahwa shalat wajib lima waktu dalam sehari semalan dapat
menebus dosa-dosa kita dan mengangkat derajat kita di sisi Rabb kita.
Bahkan, shalat lima waktu juga dapat menjadi obat paling mujarab untuk
mengobati pelbagai kekalutan yang kita hadapi dan obat yang sangat manjur
untuk berbagai macam penyakit yang kita derita. Betapapun, shalat mampu
meniupkan ketulusan iman dan kejernihan iman ke dalam relung hati,
sehingga hati pun selalu ridha dengan apa saja yang telah ditentukan Allah.
Lain halnya dengan orang yang lebih senang menjauhi masjid dan
meninggalkan shalat. Mereka niscaya akan hidup dari satu kesusahan ke
kesusahan yang lain, dari guncangan jiwa yang satu ke guncangan jiwa
vang lain, dan dari kesengsaraan yang satu ke kesengsaraan yang lain.
Dan, orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah
menghapus amal-amal mereka.(QS. Muhammad: 8)