Kamis, 06 Desember 2012

HAKEKAT CAHAYA DZIKIR


Jagad raya ini pada hakikatnya adalah gelap. Alam menjadi terang karena ada hakikat Alloh bersamanya. Ketika pada waktu malam yang gelap gulita, kita berdiri dipuncak bukit ? apa yg dapat kita lihat melalui mata dzohir ini, hanya kegelapan yg menyelimuti yg bisa kita lihat. Apabila siang matahari menyinari bumi dengan sinarnya, maka kelihatanlah semua yg ada disekitar kita.
Cahaya mendzohirkan kewujudan ( menampakkan segala wujud ) dan gelap pula membungkusnya. Jika kegelapan hanya sedikit maka kewujudan kelihatan samar. Apabila kegelapan itu tebal maka kewujudan tidak tampak lagi. Hanya dg cahaya yang dapat mendzohirkan kewujudan, Ini disebabkan cahaya dapat menghalau kegelapan.
Jika cahaya matahari dapat menghalau kegelapan yg menutupi benda2 alam. Maka Cahaya Nur Ilahi  pula dapat menghalau kegelapan yg menutupi hakikat-hakikat yg ghaib.
Mata dikepala melihat benda2 alam dan Mata Hati melihat kepada hakikat-hakikat yg ghaib. Banyak benda alam yg dp dilihat oleh mata karena banyaknya cermin yg memantulkan cahaya matahari, sedangkan cahaya hanya satu jenis saja yg bersumber dari cahaya matahari.
Begitu pula dg pandangan mata hati, ia melihat banyak hakikat2 karena banyak cermin hakikat yg membalikkan cahaya Nur Ilahi, sedangkan nur ilahi bersumber dari Dzat Yang Maha Agung. 
Begitu pula dengan seorang murid yg baru belajar dzikir…hatinya baru menerima limpahan cahaya Ilahi yg berupa talqin dzikir dari seorang Mursyid yang Kamil Mukamil. Maka cahaya yg diperolehnya harus dia jaga dan pelihara. Oleh karena itu petunjuk Guru Mursyid harus selalu diistiqomahkan, dzikir, wirid, do’a dan tanbih/wejangan harus selalu diamalkan.
Secara otomatis ia akan menerima  limpahan cahaya  secara ruhani sehingga cahaya yg ada di qolbunya semakin terang dan dapat menerangi diri sendiri, orang lain dan alam seisinya dari Yang Maha Agung dari Guru Agung ( Mursyidnya). Sehingga ia akan menerima sinyal pesan-pesan melalui qolbunya dari Guru Mursyidnya.

CAHAYA HITAM ADALAH LAMBANG KEBIMBANGAN
Cahaya hitam adalah hijab, untuk menyamarkan segala sesuatu :
1. Yang ada itu sesungguhnya tidak ada.
2. Yang sesungguhnya ada, ternyata bukan.
3. Yang bersemangat hatinya, hilang semangatnya, sebab takut kalau keliru.
4. Yang sudah Yakin, jadi tersamar dg keyakinannya, sebab masih bingung akan keyakinannya akhirnya tidak yakin.
5. Memang benar itu hitam, ketika dipandang terus jadi tidak hitam
Cahaya hitam adalah sebuah misteri, rahasia sang pencipta, Rahasia tersebut akan disembunyikan kepada orang2 egois, akuisme, tamak, iri dengki, congkak dan tinggi hati, namun dibuka bagi orang2 yg sabar, tulus, luhur budi dan rendah hati.
Dan orang yg dianugerahi Sang Rahasia ( Dzikir Sirri ) hidupnya akan berhasil kepuncak kebahagiaan dan kemuliaan abadi Lahir-Bathin.

Sabtu, 17 November 2012

MENCINTAI DIRI


Tiap-tiap manusia sudah tentu cinta akan dirinya. Hal ini diterangkan oleh Imam Ghozali R.A.
ANNAL INSAANA LAA YAKHFA ANNAHU YUHIBBU NAFSAHU
Artinya:" Sesungguhnya manusia tidak samar, bahwa sesungguhnya dia manusia, mesti cinta akan dirinya ".
           
Adapun bukti bahwa manusia itu cinta akan dirinya.
 
1. Bila ada photo satu album dan dilihat-lihat ada photo dirinya yang berjejer dengan orang lain. Setelah dilihat-lihat dan ketemu, maka waktu memandang photo dirinya sangat lama memandangnya, dan kalau memandang photo lainnya maka memandangnya itu menitan bahkan detikan (sebentar). Dan bila memandang photonya itu ternyata pantas dan senang, itu adalah alamat bahwa manusia itu cinta akan dirinya.
 
2. Bukti bahwa manusia itu cinta akan dirinya, jika ia ternyata dicacat, dihina, maka timbul tidak terima, tidak ridlo.
 
3. Adanya manusia itu cinta akan istrinya, adalah bukti bahwa dia cinta akan dirinya, sebab istrinya adalah ladang bagi dirinya. Jadi masih ada hubungannya dengan dirinya.
4. Adanya manusia itu cinta akan anaknya, adalah disebabkan anak itu lestarinya dirinya sendiri. Jadi tetap artinya adalah mencintai akan dirinya sendiri. Dan adanya orang tua mencintai anak, sebab anak itu TSAMROTUL QOLBI (Anak itu buahnya hati). Sebagaimana tersebut dalam hadist nabi yang berbunyi:
QOLAA ROSUULULLOHI SHOLLALLOOHU ALAIHI WASALLAM.
ANNAA LIKULLI SYAJAROTUN TSAMROTUN, WA TSAMROTUL QOLBI AL WALADU
Artinya: Bersabda Rosululloh SAW.Sesungguhnya setiap pohon itu ada buahnya dan buahnya hati adalah anak".
 
Jadi mencintai anak, itu tidak lepas dari mencintai dirinya sendiri.

Rabu, 07 November 2012

CINTA ILLAHIYAH


Dalam hal ini Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 165 ; 
artinya: “Orang-orang yang beriman sangat mencintai Allah SWT”
Pengertian ayat tersebut diatas bahwa bukan berarti meniadakan cinta kepada makhluk, tetapi cintanya itu terus terarah hingga menembus sampai kepada Al-Khaliq, dan bahwa cinta kepada yang lain itu selalu dibawah naungan cinta kepada Allah Yang Maha Pencipta.
Seorang yang telah dikaruniai Allah rasa mahabbah kepada-NYA tentu juga akan mencintai dan menyayangi kepada ciptaanNYA, antara lain cinta Tanah Air, sehingga segala keadaannya menjadi terpelihara, teratur, terbina, tertib dan rapih sebagaimana yang diharapkan. Sebaliknya belum tentu seseorang yang mencurahkan rasa cintanya kepada makhluk semata, akan bisa sampai cintanya kepada Al-Khaliq.
Sesungguhnya mahabbah kepada Allah SWT adalah merupakan jembatan emas untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Oleh karena itu orang-orang mukmin yang muttaqin terus berupaya untuk meningkatkan rasa cinta (mahabbah) kepada Allah SWT, dalam rangka memperoleh kebahagiaan didunia dan di akhirat kelak.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 64:
Artinya : “Bagi merekalah segala kebahagiaan dalam penghidupan dunia dan akhirat”.
Kemudian firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 14:
Artinya:”Manusia-manusia dihiasi rasa cinta serta keinginan diantaranya ; cinta kepada istri,kepada anak-anak dan kepada kekayaan yang berlimpah-limpah dari emas dan perak, juga kuda-kuda yang bagus dan binatang ternak lainnya. Demikian juga kepada sawah dan ladang dan kebun-kebun . Itulah kesenangan untuk hidup didunia. Dan kepada Allah itu sebaik-baik tempat kembali”
Pengertian ayat tersebut diatas, ialah janganlah kalah kadar cintanya kepada Allah SWT, dari cintanya kepada makhluk, sehingga Allah berfirman dalam ayat berikutnya dalam surat Al-Fajr ayat 20:
Artinya:”Dan kamu itu hanya mencintai kepada kekayaan saja”
Pengertian ayat tersebut diatas ialah bahwa semua (dunia dan akhirat) sebagai anugrah dari Allah SWT, yang diperuntukkan bagi manusia, akan tetapi manusianya sendiri karena lemah imannya sehingga terlibat hanya mencintai dunia. Oleh karena itu orang yang demikian diancam dalam Al-Qur’an surat At-Taubat ayat 20:
Artinya:”Katakanlah kepada mereka, jadi apabila Bapak-bapakmu, anak-anakmu, istri-istrimu, keluargamu, harta bendamu yang kamu dapati, dan perniagaan yang kamu takut rugi dan tempat-tempat tinggal(rumah) yang selalu kamu senangi melebihi cintamu kepada semuanya dari pada cintanya kepada Allah SWT, dan Rosulnya, serta jihad/berjuang di jalan NYA. Maka tunggulah olehmu sampai Allah SWT, mendatangkan azab-NYA, karena Allah SWT, tidak akan member petunjuk kepada orang fasik(melewati batas)”.
Pengertian ayat tersebut ialah: bahwa kita harus mengupayakan agar cintanya kepada Allah SWT. Jangan terkalahkan oleh cintanya kepada yang lain, yang mana Allah SWT member petunjuk dalam firmanNYA agar umat manusia mengikuti jejak Nabi-NYA.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 30:
Artinya :”Katakan oleh mu Muhammad, jika kamu benar-benar cinta kepada Allah, hendaklah ikuti Aku, niscaya Allah menyatakan kasih sayangNYA kepadamu, juga diampuni segala dosa-dosamu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Pengertian ayat tersebut diatas ialah bahwa kewajiban kita semua mengikuti (menteladani) jejak langkah Nabi yang selalu menjadi panutan dan merupakan standar kita semua yang membawakan dan menyampaikan wahyu Illahi kepada ummat seluruhnya oleh kita semua, sehingga akan menyelamatkan di dunia dan di akhirat kelak.
Dan ajaran Al-Qur’an mencakup zahir bathin, sebagaimana sabda Nabi:
Artinya:”Sesungguhnya petunjuk Al-Qur’an itu meliputi zahir dan bathin”.
Kemudian sebagian isinya untuk mengatur Hablumminallah(hubungan dengan Allah) dan juga mengatur Hablumminannaas(hubungan dengan sesama manusia) dengan segala cara-caranya.
Untuk memiliki rasa cinta/mahabbah kepada Allah, Nabi Muhammad pernah menunjukkan kepada Sayyidina Ali ra.
Artinya:”Ciri – ciri cinta kepada Allah terlebih dahulu cinta dzikir kepadaNYA, dan sebaliknya, cirri-ciri membangkang kepada Allah, enggan dzikir kepadaNYA”. Semoga kita semua termasuk insane yang cinta dzikir kepada Allah agar senantiasa memperoleh rasa mahabbah/cinta kepadaNYA.

Sabtu, 20 Oktober 2012

JANGAN MENYESALI KEKURANGAN DIRI


Berhentilah menyesali kekurangan diri sehingga apa yang anda dapat dalam hidup selama ini, tidak sesuai dengan harapan yang diimpikan.
Secara Filosofis memahami sebab-sebab kekurangan diri adalah hal yang paling penting dalam anda mendapat kebahagian hidup yang anda jalani. Kenapa begitu? Karena jika kita menaruh harapanm yang terlalu tinggi dari kemampuan yang sebenarnya, ujung-ujungnya hanya akan menyebabkan diri anda merasa tertekan, bahkan tidak tertutup kemungkinan kenyataan itu akan menimbulkan penyakit kejiwaan.
 
Percaya atau tidak, kebiasaan selalu tidak pernah bersyukur atau menysukuri apa yang kita miliki atau kita dapat adalah sebuah kebiasaan buruk yang telah menjadi kebiasaan dari kita, sehingga kita sulit dalam mendapatkan kebahagian dalam hidup, karena selalu merasa tidak beruntung, walau sebenarnya kalau kita sadari kita telah memiliki banyak hal dalam hidup kita.
 
Ketika kita mendapat sesuatu mimpi atau keinginan, misalnya, sebagai manusia pasti kita akan tergoda atau tersirat dalam benak kita bahwa yang kita dapat terkadang tidak sesuai dengan yang kita inginkan, dan jauh didalam hati kita, kita berharap mendapat sesuatu yang lebih baik lagi.
 
Sebagai contoh lain, ketika ketika kita berharap pertama kita berharap mendapat mobil, tanpa embel-embel jenis mobil yang kita inginkan hanya sebuah mobil, tetapi sejalan dengan itu kita bisa mendapat mobil, yang kita dapat mungkin sejenis minibus, tetapi dalam hatikita, mungkin kita berharap mendapat mobil sedan. Hal seperti itulah yang bisa membuat kita berfikir seandainya saya mendapat mobil sedan pasti saya lebih bahagia. Lupakah kita akan keinginan awal kita, yang berharap hanya mendapat mobil, tetapi ketika kita mendapat apa yang kita inginkan, keinginan kita berkembang menginginkan yang lebih. Itulah sifat dasar manusia yang tidak pernah puas dan bahagia walau terkdang apa yang diinginkan telah terpenuhi.
 
Coba kemudian kita tanyakan pada diri kita secara terbuka, pasti kita pernah mengalami perasan seperti ini, karena hampir semua orang pernah mengalaminya. permasalahanya adalah ketika terjadi GAP/perbedaan antara apa yang kita miliki dan apa yang kita inginkan, kita menjadi tidak puas atau bahkan bisa mengarah ke frustasi. Hal itu juga berlaku dalam hubungan kita dengan sesama juga dalam semua aspek kehidupan kita.
 
Kuncinya adalah dengan melihat atau menyadari tentang gap yang terjadi antara apa yang kita miliki dan apa yang kita inginkan. cobalah sedikit luangkan waktu untuk bertanya pada diri anda sendiri apa yang sebenarnya kita harapkan, dan tanyakan juga apakah kalau kita sudah memiliki yang kita inginkan kita akan puas, dan apa bedanya sesuatu yang kita miliki dengan apa yang kita inginkan, cobalah nikmati dan syukuri apa yang anda miliki saat ini, dan anda akan menemukan sesuatu yang membuat anda bahagia.
 
Karena itu, yakinlah apa yang kita miliki adalah sesuatu yang terbaik, dan coba lihat sekeliling anda, bahwa banyak orang yang sebenarnya masih mengejar apa yang anda miliki, dan banyak orang yang menginginkan apa yang anda miliki, jangan menjadi menyesal ketika apa yang kita miliki Keluarga, Pekerjaan, Atau Bisnis, Pendidikan, atau pun suatu benda yang telah anda miliki itu hilang, atau raip.
Jangan jadi orang yang gampang menyesal ketika kita kehilangan yang kita miliki, karena kita tidak pernah mensyukuri dan menikmati apa yang kita miliki, karena terlalu terbuai dengan apa yang anda inginkan.
 
"Syukuri, nikmati, dan Jaga apa yang anda dapat dan miliki saat ini, karena anda akan merasakan penyesalan ketika sesuatu yang kita miliki itu hilang ."
"Dengan bersyukur sesuatu yang kecil akan bernilai luar biasa" 

Selasa, 02 Oktober 2012

I K H L A S


Bismilallahir Rahmanir Rahiim
Allah Swt berfirman :
Al-Ikhlas itu adalah salah satu dari rahasia-rahasia-Ku,
yang telah Aku titipkan ke dalam hati
orang yang Aku cintai dari hamba-hamba-Ku.

(Hadits Qudsi, Bihar al-Anwar 70 : 249)
 
Menurut bahasa, kata ikhlash berasal dari akar kata : khalasha – yakhlushu – khulushan – khalashan, yang artinya : murni, atau tidak bercampur (dengan unsur lainnya). Dari akar kata ini banyak makna lainnya di antaranya : bersih, jernih, khusus, menyendiri, yang dipilih, sampai, lepas, bebas, terhindar, selamat, memisahkan, habis, mencintai, tulus, membalas, selesai, inti, sari, jalan keluar, penolong, dan jujur. 16]
Keikhlasan adalah anugerah misterius yang dikaruniakan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang berhati suci, dan selalu meningkatkan dan memperdalam iman serta penghambaannya.
 
Di dalam irfan atau tasawwuf, ikhlas memiliki istilah tersendiri. Khwajah Abdullah al-Anshari qs mengatakan, ”Arti ikhlas adalah membersihkan perbuatan dari segala ketidakmurnian” Dan ketidakmurnian di sini adalah ketidakmurnian umum, termasuk apa yang timbul dari keinginan untuk menyenangkan diri sendiri dan makhluk lain.”

Ikhlash juga berarti : membebaskan perbuatan dari selain Tuhan yang berperan dalam perbuatan tersebut, atau suatu motivasi perbuatan yang tidak menginginkan balasan dunia mau pun akhirat. 19]
Penulis Gharaib al-Bayan menyebutkan bahwa : orang ikhlas itu adalah orang yang beribadah kepada Allah sedemikian rupa sehingga tidak memperhatikan kalau dirinya itu sedang beribadah, juga tidak memperhatikan dunia atau penghuninya, juga tidak melebihi batas-batas hamba dalam melihat Tuhan.
 
Syaikh al-Muhaqqiq Muhyiddin Ibn al-‘Arabi mengatakan, ”Bagi Allah-lah kesetiaan yang tulus, yang bersih dari semua noda dan egoisme. Dan kamu harus sepenuhnya sirna (fana) dalam Dia agar Dia tersambung dengan esensi, perbuatan dan agamamu. Selama kesetiaan belum disucikan secara hakiki, kesetiaan itu bukanlah untuk Allah.”
 
Ibadah orang-orang yang tulus merupakan jejak manifestasi (tajaliyyat) Sang Kekasih, dan yang senantiasa ada di hatinya hanyalah Zat Allah.
Imam Ali as mengatakan, “Beruntunglah orang yang telah memurnikan (akhlash) penghambaan dan do’anya hanya kepada Allah dan hatinya tidak disibukkan oleh apa-apa yang dilihat matanya, dan ia tidak lupa dari berzikir kepada Allah karena apa-apa yang didengar telinganya, dan hatinya tidak sedih karena karunia yang diberikan kepada selain dirinya.”
 
Rasulullah saw bersabda, “Semua orang yang berilmu itu (al-‘ulama) celaka kecuali yang beramal dan semua orang yang beramal itu celaka kecuali orang yang ikhlas dan orang ikhlas itu senantiasa dalam kekhawatiran.”
 
Manusia tidak pernah aman dari kejahatan setan dan egonya sampai akhir hayatnya. Dia tidak boleh membayangkan bahwa setelah ia berbuat ikhlas semata-mata demi Allah tanpa adanya keinginan untuk menyenangkan makhluk, kemurniann perbuatannya akan selalu aman dari kejahatan godaan setan, lintasan-lintasan ego dan hawa nafsu.
 
Jika ia tidak senantiasa waspada, niscaya suatu waktu ia akan tergelincir ke dalam bentuk riya atau ‘ujub yang sedemikian halus sehingga ia tidak menyadarinya. Sebentar saja manusia lalai, maka kendali egonya pun akan terlepas dan menyeretnya kepada perbuatan buruk dan tercela.
Sesungguhnya nafs (ego) manusia itu senantiasa mengajak kepada kejahatan, kecuali kalau Allah Swt mengasihi” (QS 12 : 53)
 
HAKIKAT IKHLAS
 
Rasulullah saw bersabda, ”Setiap kebenaran itu ada hakikatnya dan tidaklah seorang hamba dapat mencapai hakikat keikhlasan sampai ia merasa tidak suka dipuji atas amal (ibadah) yang ditujukannya kepada Allah.”
Imam Ali as berkata, ”Barangsiapa yang tidak bertentangan apa yang ada dalam hatinya dengan apa yang ia nyatakan, dan tidak bertentangan pula perbuatan dan perkataannya, maka sungguh ia telah menunaikan amanah dan telah memurnikan (akhlas) penghambaannya.”
 
Amal yang bernilai dalam pandangan Allah adalah amal yang dilakukan semata-mata untuk ‘menyenangkan’-Nya, betapa pun kecilnya amal itu. Amal sedikit yang dilakukan dengan ikhlas lebih disukai-Nya ketimbang banyak tetapi tidak ikhlas.
Rasulullah saw bersabda, ”Ikhlas-kanlah hatimu, niscaya mencukupimu walau dengan sedikit amal.”
 
Amal perbuatan merupakan gambaran yang tidak hidup, namun keikhlasan di dalamnya memberikan ruh kehidupan padanya.
Secara lahiriah, shalat Ali bin Abi Thalib as tidak berbeda dengan shalat orang-orang munafik. Namun secara batini, shalat Ali bin Abi Thalib memiliki nilai spiritual tertinggi yang mampu mengangkat ruhnya terbang ke langit, bermi’raj menghadap Tuhan.
 
Orang yang hatinya dibangkitkan oleh keikhlasan tidak peduli apakah orang lain akan mencela atau menyanjung amalnya atau tidak. Ia benar-benar tidak peduli bahkan apakah amal ibadahnya itu akan diberikan ganjaran atau tidak.
Perhatian orang yang ikhlas tidak pernah berubah, baik ia berada dalam keadaan susah mau pun senang. Hatinya hanya tertuju kepada Sang Kekasih, tidak kepada yang lain.
 
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan (mukhlishina) ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus.” (QS 98 : 5)
 
Mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah. Namun ibadah yang dicelup dengan warna ikhlas. Orang yang memberikan tempat kedua bagi Tuhan dalam hatinya sebenarnya ia tidak memberikan tempat sama sekali bagi Tuhan.
Jika amal dan keikhlasan kita umpamakan sebagai sepasang sayap, maka takkan mungkin kita dapat terbang tanpa sepasang sayap. Rumi mengatakan :
 
Engkau mesti ikhlas dalam beramal,
agar Tuhan Yang Maha Agung menerimanya.
ikhlash adalah sayap amal ibadah,
tanpa sayap, bagaimana engkau dapat
terbang ke tempat bahagia?

Jumat, 14 September 2012

LENYAPNYA DIRI DARI SEGALA NAFSU



Lenyapkan dirimu dari pandangan manusia, karena Allah, lenyapkan ke-aku-an karena Allah, hingga enkau menjadi bahtera ilmu-Nya. Lenyapnya diri dan ke-aku-an ditandai dengan memutuskan sepenuhnya dari segala harapan pada mereka.
Tanda lenyapnya diri dari segala nafsu ialah, membuang segala upaya memperoleh sarana-sarana duniawi dan berhubungan dengan mereka demi sesuatu manfaat, menghindarkan kemudharatan; dan tak bergerak demi kepentingan pribadi, dan tak bergantung pada diri sendiri dalam hal-hal yang berkenaan dengan dirimu, tak melindungi atau membantu diri, tetapi memasrahkan semuanya hanya kepada Allah, kerana Ia pemilik segalanya sejak awal hingga akhir; sebagaimana kuasaNya, ketika kau masih disusui.
Hilangnya kemauanmu dengan kehendakNya, ditandai dengan ketak-pernahan menentukan diri, ketak-bertujuan, ketak-butuhan, karena tak satu tujuan pun termiliki, kecuali satu, yaitu Allah. Maka, kehendak Allah mewujud dalam dirimu, sehingga kala kehendakNya beraksi, maka pasif-lah organ-organ tubuh, hati pun tenang, fikiran pun cerah, berserilah wajah dan rohanimu, dan kau atasi kebutuhan-kebutuhan bendawi berkat berhubungan dengan Pencipta segalanya. Tangan Kekuasaan senantiasa menggerakkanmu, lidah Keabadian selalu menyeru namamu, Tuhan Semesta alam mengajarmu, dan membusanaimu dengan nurNya dan busana rohani, dan mendapatkanmu sejajar dengan para ahli hikmah yang telah mendahuluimu.
Sesudah ini, kau selalu berhasil menaklukkan diri, hingga tiada lagi pada dirimu kedirian, bagai sebuah bejana yang hancur lebur, yang bersih dari air, atau larutan. Dan kau terjauhkan dari segala gerak manusiawi, hingga rohanimu menolak segala sesuatu, kecuali kehendak Allah. Pada maqam ini, keajaiban akan ternisbahkan kepadamu. Hal-hal ini tampak seolah-olah darimu, padahal sebenarnya dari Allah.
Maka kau diakui sebagai orang yang hatinya telah tertundukkan, dan kediriannya telah musnah, maka kau diilhami oleh kehendak Ilahi dan dambaan-dambaan baru dalam kemaujudan sehari-hari. Mengenai maqam ini, Nabi Suci saw, telah bersabda: "Tiga hal yang kusenangi dari dunia – wewangian, wanita (isteri solehah) dan shalat – yang pada mereka menyejukkan mataku." Sungguh, hal-hal dinisbahkan kepadanya, setelah hal-hal itu sirna darinya, sebagaimana telah kami isyaratkan. Allah berfirman: "Aku bersama orang-orang yang patah hati demi Aku."
Allah Yang Maha Tinggi takkan besertamu, sampai kedirianmu sirna. Dan bila kedirianmu telah sirna, dan kau abaikan segala sesuatu, kecuali Dia, maka Allah menyegarbugarkan kamu, dan memberimu kekuatan baru, yang dengan itulah kau berkehendak. Bila di dalam dirimu masih juga terdapat noda terkecil pun, maka Allah meremukkanmu lagi, hingga kau senantiasa patah-hati. Dengan cara begini Ia terus menciptakan kemauan baru di dalam dirimu, dan bila kedirian masih maujud, maka Dia hancurkan lagi, sampai akhir hayat dan bertemu (liqa') dengan Tuhan.
 
Inilah makna firman Allah: " Aku bersama orang-orang yang putus asa demi Aku, "
Dan makna kata: "Kedirian masih maujud" ialah kemasih-kukuhan dan kemasih puasan dengan keinginan-keinginan barumu.
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman kepada Nabi Suci saw: "Hamba-Ku yang beriman senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku, dengan mengerjakan shalat-shalat sunnah yang diutamakan, sehingga Aku mencintainya, dan apabila Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi telinganya, dengannya ia mendengar, dan menjadi matanya, dengannya ia melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan menjadi kakinya, dengannya ia berjalan." Tak diragukan lagi, beginilah keadaan fana.
Maka Dia menyelamatkanmu dari kejahatan makhluq-Nya, dan menenggelamkanmu ke dalam samudera kebaikanNya; sehingga kau menjadi pusat kebaikan, sumber rahmat, kebahagiaan, kenikmatan, kecerahan, kedamaian, dan kesentosaan. Maka fana (penafian diri) menjadi tujuan akhir, dan sekaligus dasar perjalanan para wali. Para wali terdahulu, dari berbagai maqam, senantiasa beralih, hingga akhir hayat mereka, dari kehendak pribadi kepada kehendak Allah. Karena itulah mereka disebut badal (sebuah kata yang diturunkan dari badala, yang bererti: berubah). Bagi peribadi-peribadi ini, menggabungkan kehendak pribadi dengan kehendak Allah, adalah suatu dosa.
Bila mereka lalai, terbawa oleh tipuan perasaan dan ketakutan, maka Allah Yang Maha Besar menolong mereka dengan kasih sayangNya, dengan mengingatkan mereka sehingga mereka sadar dan berlindung kepada Tuhan, karena tak satu pun mutlak bersih dari dosa kehendak, kecuali para malaikat. Para malaikat senantiasa suci dalam kehendak, para Nabi senantiasa terbebas dari kedirian, sedang para jin dan manusia yang dibebani pertanggung jawaban moral, tak terlindungi. Tentu, para wali terlindung dari kedirian, dan para badal dari kekotoran kehendak. Kendati mereka tak bisa dianggap terbebas dari dua keburukan ini, karena mungkin bagi mereka berkecenderung kepada dua kelemahan ini, tapi Allah melimpahi rahmatNya dan menyadarkan mereka.

Rabu, 05 September 2012

MENGENAL JATI DIRI


SIAPA YANG MENGENAL DIRINYA, SESUNGGUHNYA DIA DAPAT MENGENAL TUHANNYA
 
Untuk dapat memahami Sabda Rasulullah tersebut diatas marilah kita terlebih dahulu mempelajari dan merenungkan ayat-ayat suci di bawah ini :
 
AL-MU’MINUN : 12-16
 
12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
 
13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
 
14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
 
15. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.
 
16. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.
NUH : 17
17. dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya,
 
YAA-SIIN: 77
77. dan Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!
 
AL-HIJR:29
29. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud
 
QAAF:16
16. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,
 
 
Apabila kita menyimak bunyi ayat-ayat Kitab suci tersebut di atas dapatlah kita menarik kesimpulan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang terdiri dari :
  1. Badan Jasmani
  2. Badan Rohani ( Ruh)
Badan Jasmani manusia terdiri dari 4 macam unsur yaitu :
  1. Udara
  2. Api
  3. Air
  4. Tanah
 
Badan Jasmani manusia dianugerahi Tuhan dengan pancaindera yaitu :
  1. penglihatan
  2. Pendengaran
  3. Pengucap
  4. Pencium
  5. Perasa
 
Disamping pancaindera, badan jasmani manusia memiliki 4 macam nafsu yaitu :
  1. LAUWAMAH
Yaitu nafsu yang tercipta dari unsur TANAH berada pada daging manusia
SIFAT LAUWAMAH :
-  Jahil
-  Serakah
-  Malas dan sebagainya
  1. AMARAH
Yaitu nafsu yang tercipta dari unsur API berada pad adarah, yang merata di seluruh tubuh manusia.
SIFAT AMARAH:
-  Mudah marah
-  Beringas
-  Mudah gugup dan sebagainya
  1. SUFIAH
Yaitu nafsu yang tercipta dari unsur AIR sebagian besar terdapat pada tulang sungsum, sedang bagian halusnya menjadikehendak.
SIFAT SUFIAH :
-  Keinginan
-  Asmara dan sebagainya
  1. MUTMAINAH
Yaitu nafsu yang tercipta dari unsur UDARA, terdapat pada nafas manusia
SIFAT MUTMAINAH
- Tenang
-  Suci
-  Bakti
-  Belas kasih dan sebagainya
 
AL-ISRAA : 85
85. dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
 
ROH adalah unsur ILLAHI bukan terdiri dari benda (materi) yaitu sumber CAHAYA atau sumber HIDUP yang menyebabkan manusia hidup. Apabila ROH keluar dari tubuh kita maka kita akan mati. Namun ROH manusia yang mati akan tetap hidup dan akan kembali ke asalnya. INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI’UN
 
Unsur ROH inilah yang menyebabkan manusia dapat melihat, mendengar, merasa, berpikir, ber-kesadaran, dan ber-pengertian.
 
Mengingat ROH adalah unsur ILLAHI, maka hanya TUHAN sajalah yang dapat menyatakan rahasianya.

Sabtu, 18 Agustus 2012

ZAKAT FITRAH DAN IDUL FITRI


Apakah zakat fitri dan idul Fitri itu. Zakat bahasa arab artinya suci atau mensucikan. Fitri artinya asal sifat manusia yang asli. Pada hakekatnya zakat fitri bukan beras, bukan nilai uang, bukan materi, tetapi kesucian, kebersihan.
Fitri adalah sifat asli manusia, proses dalam satu tahun untuk bisa mengembalikan sifat kemanusiaan yang asli. Kalau sudah bisa kembali kepada sifat manusia asli barulah masuk idil fitri, kembali pada sifat manusia yang asli. Tidak mungkin kita bisa masuk suasana idil fitri kalau tidak melalui proses zakat fitri proses kebersihan sifat asasi.
Qola Rosululloh SAW, QULLU MAULUDIN YULADU ALAL FITROH
Keterangan dari shohabat Al Aswat Bin Sari’, seluruh manusia yang dilahirkan didunia ini apakah manusia lahir di Eropa di Asia di Amerika apakah di Afrika, apakan dari komunitas agama Hindu, Budha, nasroni, Konghucu, Islam, Majusi, apa melalui jalan nikah yang syah atau melalui jalan perzinahan, lahir melalui orang kafir fasik munafik. Semua itu dilahirkan atas sifat asli yang suci, sama tidak ada perbedaan.
Ini ketetapan dari Rosululloh SAW.
Kemudian yang dimaksud sifat asli suci itu,
1.  Tiap tiap anak yang baru lahir pasti suci. Suci tidak mempunyai maksiat kepada Alloh Taala tidak ada waktu lahir itu musrik kafir nifak dan lain lain.
2.  Suci tidak pernah maksiat pada dirinya sendiri, matanya tidak pernah ma’siat telinganya, lesannya, tangannya,tidak pernah ma’siat pada dirinya sendiri.
3. Tiap tiap manusia baru lahir itu suci tidak mempunyai kesalahan kedholiman kepada sesama manusia kepada ibunya, bapaknya,kepada seluruh manusia. Suci .
4. Seluruh manusia lahir suci tidak pernah mengkhianati Tanah Air nya tidak pernah berdosa dengan alam semesta ini.
Oleh karena hidup itu seperti air mengalir terus, setelah lahir mengalir sampai batas mati, diwaktu aliran usia sampai baligh, berakal barulah manusia hidupnya kemasukan dosa, dosa terhadap Alloh, terhadap diri sendiri, sesama manusia, dosa terhadap ibu bapaknya dosa terhadap alam semesta ada yang melalui lesan mata hati fikiran, akhirnya hidup itu menjadi kotor padahal manusia akan kembali pada Alloh. Asal datang suci harus kembali kepada suci sebagaimana awal datangnya.
Diistilahkan orang yang sudah wafat di kain kafani putih supaya kembali kepada putih lagi. Kembali kepada fitroh perlu penyaringan, seluruh fungsi ibadah itu penyaringan. Oleh karena hidup kita melalui detik melalui menit, jam , hari, minggu, melalui bulan, tahun semua saringan harus dimulai dari situ.
Subhanalloh saringan, Alhamdulillah, Alloh akbar, dzikir sirri saringan, jahar saringan untuk menyaring diri kita agar kembali bersih lagi. Zakat itu meliputi sejak lahir sampai wafat. Sudah tentu kita kemasukan kotoran kotoran dosa. 
Saat dhuhur disaring, asar, maghrib, isya, subuh, itu saringan harian. Ada saringan mingguan, jum’at, ada saringan tahunan seperti puasa bulan Romadlon dan sebagainya. Setelah melalui saringan, bersih baru masuk Id kembali bersih kembali ke sifat asal manusia.
Alloh Taala berfirman dalam Alqur'an.
ALLOHU YADA’UL KHOLQO TSUMMA YU’IIDU
Alloh lah yang memulai penciptaan kemudian si makhluk itu kembalikan lagi.
Jadi kembali kepada asal sebenarnya bukan hanya manusia saja mengalami Idul fitri. Jam juga mengalami Idul fitri, jam satu setelah melalui putaran 12 jam kembali kepada satu, jam dua akhirnya Id kepada jam dua lagi, jam tiga akhirnya akan kembali pada jam tiga lagi, begitu juga hari hari, ahad setelah seminggu kembali lagi ke ahad. Hari senin setelah seminggu kembali lagi hari senin.
Begitu juga bulan, bulan puasa romadlon nanti setahun kembali kepada romadlon lagi. Syawal satu tahun kembali ke syawal lagi. Begitu pula tahun begitu pula malam, malam kembali ke malam lagi, siang kembali ke siang lagi, begitu juga bintang bintang, bulan, semua bintang bintang beredar mengalami Idul Fitri. Hampir sama dengan Thowaf. Manusia begitu juga, alam semesta ini juga mengalami Idul fitri dahulu tidak ada sekarang ada nanti pada sesuatu saat kembali Id tidak ada lagi. Jadi pengertian Idul Fitri itu luas mencakup seluruh alam ini. Itu lah pengertian "Id" zakat fitri dan Idil fitri.
Kalau sudah betul betul kembali Idil fitri disitu diisyaratkan diperintah takbir "ALLOHU AKBAR" mulai terbenam matahari sampai sholat Id batasnya.
Alloh maha besar mengisyaratkan di dalam Idil fitri dan zakat fitri itu kalau memang betul betul bisa Idil fitri disitu ada hikmah yang besar, ada daya yang besar yang mungkin jarang dipikirkan oleh manusia.
Yang ramai menjadi lengang yang lengang menjadi ramai. Idil Fitri mempunyai daya menimbulkan, mencairkan yang menggunung, tadinya harta benda seperti gunung di kota kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, hanya berputar putar disitu tapi karena terkena suasana Idul fitri cair. Harta benda mengalir seperti danau dibedah dari kota mengalir ke kota kecil, mengalir ke desa desa sehingga menjadi ekonomi pemerantaan. Begitu juga Idul Fitri bisa membangkitkan memori yang tersimpan dalam akal fikiran, ingat kepada teman yang dahulu, ingat pada teman jauh. Yang jauh dijelang yang dekat dihampiri yang tinggi didaki yang rendah dituruni sampai sampai orang orang dibarzah-pun diingatkan karena suasana Idil fitri. Dibangunkan kembali kesadarannya bahwa kita adalah umat yang sama sama berdosa antar sesama manusia hingga timbul ma’af memaafkan halal bi halal, dan masih banyak masalah idil fitri.
Begitu juga ingat kepada fakir miskin, datang dari kota membawa oleh-oleh untuk handai tolan, saudara dan sebagainya sehingga kelihatan tidak ada yang bakhil, semua kelihatan dermawan, semua itu karena suasana Idil fitri, yang tadinya kotor jadi berseri seri wajahnya senyum simpul antara satu dengan lainnya. Mudah mudahan suasana Idil fitri menjadi suasana yang tolong menolong "marhamma" kasih mengasihi sehingga menjadi masyarakat yang adil dan makmur