Minggu, 24 Juli 2011

HATI

Diri manusia dapat dilihat secara indrawi dengan perilaku dan perangai seseorang. Dan seorang berperilaku, seorang berperangai, merupakan cerminan dari HATI-nya. Sehingga untuk mengenal diri kita, kita harus memulainya dengan mengenal Hati kita sendiri.
Hati itu terdapat 2 jenis :
1. Hati Jasmaniyah
Hati jenis ini bentuknya seperti buah shaunaubar. Hewan memilikinya, bahkan orang yang telah matipun memilikinya.
2. Hati Ruhaniyyah
Hati jenis inilah yang merasa, mengerti, dan mengetahui. Disebut pula hati latifah (yang halus) atau hati robbaniyyah.
Dalam kajian kita, yang dituju dengan kata HATI atau Qalb adalah hati jenis 2, hati Ruhaniyyah.
Karena Hati inilah yang merupakan tempatnya Iman :
"... Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu ..." (QS. 49:7)
"...karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, ...". (QS. 49:14)
"...Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka ..." (QS. 58:22)
Bahkan lebih dari itu, dalam sebuah hadits Qudsi dikatakan :
"...Tidak akan cukup untuk-Ku bumi dan langit-Ku tetapi yang cukup bagi-Ku hanyalah hati (qalb) hamba-Ku yang mukmin".
Maka dengan hatilah, seseorang dapat merasakan iman. Dengan hatilah seorang hamba dapat mengenal Rabb-nya.
Sebelum kita beranjak jauh tentang hati, ada beberapa hal yang nantinya bersangkut paut dengan hati dan perlu kita jelaskan terlebih dahulu.
Kebanyakan orang hanya mengerti bahwa manusia itu hanya terdiri jasad dan ruh. Mereka tidak mengerti bahwa sesungguhnya manusia terdiri dari tiga unsur, yaitu : jasad, jiwa dan ruh.
Banyak orang yang tidak mengerti tentang Jiwa ini. Bahkan dalam bukunya Al Ihya Ulumuddin Bab Ajaibul Qulub, Imam Al Ghazaly mengatakan, "bahkan ulama -ulama yang masyhur sekarang ini (zaman Imam Al Ghazaly ) banyak yang tidak mengerti hal ini". Itu pada zaman Imam Al Ghazaly. Berapa ratus tahun yang lalu. Apatah lagi sekarang?
Kebanyakan orang rancu pengertiannya antara Jiwa dengan Ruh. Padahal jelas-jelas dalam Al Qur'an, Allah membedakan penggunaan kata Ar-Ruh (Ruh) dengan An-Nafs (Jiwa).


Selasa, 19 Juli 2011

KEYAQINAN

Penting untuk dimengerti bahwa gerak hidup manusia itu ditentukan oleh gerak jiwanya. Dan arah gerak hidup manusia itu ditentukan oleh "Keyakinan" yang menjiwai jiwa manusia itu sendiri.

Jika keyakinan yang menjiwai jiwa manusia itu keyakinan Filsafat Materialisme, maka pastilah aktifitas hidup manusia itu menuju kepada materi semata, sehingga timbullah Kaidah Falsafah Materialis yang bunyinya :
" aku adalah materi, materi adalah aku. aku dari materi dan aku kembali kepada materi. aku dan materi adalah identik. Materi adalah segala-galanya, di luar materi tak ada apa-apa."
Keyaqinan semacam ini sebagaimana diterangkan dalam Al Qur-an :

WAQOOLUU MAAHIYA ILLAA HAYAATUNAD DUN-YA NAWUUTU WANAHYAA WAMAA YUHLIKUNAA ILLADDAHRU WAMAALAHUM BIDZAALIKA MIN 'ILMIN INHUM ILLAA YADHUNNUUN. (Q.S. Al Jaastiyah / Ayat 24)
Artinya   : "Dan mereka berkata : kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan dunia saja bukan mati bukan hidup dan tidak ada yang membinasakan kita kecuali materi. Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja".

Dan jika jiwa manusia itu dijiwai oleh keyakinan kalimat taqwa "Laa Ilaaha Illalloh", maka pastilah segala gerak aktifitas hidup manusia itu bergerak menuju "Laa Ilaaha Illalloh". Kita dari "Laa Ilaaha Illalloh" beserta"Laa Ilaaha Illalloh" kembali kepada "Laa Ilaaha Illalloh", lenyap didalam gulungan gelombang Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, Tauhid Dzat "Laa Ilaaha Illalloh". sebagaimana tersebut dalam Al Qur-an :
YUNAZZILUL MALAA-IKATA BIRRUUHI MIN AMRIHI 'ALAA MAN-YASYAA-U MIN 'IBAADI-HI AN-ANDZIRUU ANNAHU LAA ILAAHA ILLAA ANAA FATTAQUUN. (An Nahl / Ayat 2)
Artinya :   "Dia (Alloh ) menurunkan para malaikat dengan (membawa) ruh (wahyu laa ilaaha illalloh ) dari perintah-Nya kepada siapa yang dia kehendaki di antara hamba-hambaNya, yaitu peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasannya tidak ada tuhan melainkan aku. Maka hendaklah kamu taqwa kepada-Ku".

Didalam ayat ini ada kalimat " BIRRUUHI " (RUH), yang dimaksud ialah ruh wahyu "Laa Ilaaha Illa Anaa Fattaquuni". Oleh sebab itu yakinilah bahwa "Laa Ilaaha Illalloh" itu adalah ruh yang apabila menjadi "RUUHURRUH",  maka Iman Fithroh kita akan hidup segar, fikiran menjadi segar, akal menjadi segar, rasa batin kita menjadi segar pula. Itulah yang diserukan dalam Al Qur-an :
yaa ayyuhalladziina aamanustajii-buu lillahi walirrosuuli idzaada'aa-kum limaa yuhyiikum. (Q.S. Al Anfal/ Ayat 24)
Artinya :"Wahai orang-orang yang beriman penuhilah seruan Alloh dan seruan Rosul apabila rosul menyeru kepada kamu, kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu ".

Adapun THORIQOH itu adalah suatu metode yang mendalam untuk memasukkan Ruh Laa Ilaaha Illalloh kepada Ruh Manusia agar ruh manusia itu benar-benar menjadi ruh yang hidup bermakna, bukan sekedar Ruh hidup yang berlafdzi.