Sabtu, 18 Agustus 2012

ZAKAT FITRAH DAN IDUL FITRI


Apakah zakat fitri dan idul Fitri itu. Zakat bahasa arab artinya suci atau mensucikan. Fitri artinya asal sifat manusia yang asli. Pada hakekatnya zakat fitri bukan beras, bukan nilai uang, bukan materi, tetapi kesucian, kebersihan.
Fitri adalah sifat asli manusia, proses dalam satu tahun untuk bisa mengembalikan sifat kemanusiaan yang asli. Kalau sudah bisa kembali kepada sifat manusia asli barulah masuk idil fitri, kembali pada sifat manusia yang asli. Tidak mungkin kita bisa masuk suasana idil fitri kalau tidak melalui proses zakat fitri proses kebersihan sifat asasi.
Qola Rosululloh SAW, QULLU MAULUDIN YULADU ALAL FITROH
Keterangan dari shohabat Al Aswat Bin Sari’, seluruh manusia yang dilahirkan didunia ini apakah manusia lahir di Eropa di Asia di Amerika apakah di Afrika, apakan dari komunitas agama Hindu, Budha, nasroni, Konghucu, Islam, Majusi, apa melalui jalan nikah yang syah atau melalui jalan perzinahan, lahir melalui orang kafir fasik munafik. Semua itu dilahirkan atas sifat asli yang suci, sama tidak ada perbedaan.
Ini ketetapan dari Rosululloh SAW.
Kemudian yang dimaksud sifat asli suci itu,
1.  Tiap tiap anak yang baru lahir pasti suci. Suci tidak mempunyai maksiat kepada Alloh Taala tidak ada waktu lahir itu musrik kafir nifak dan lain lain.
2.  Suci tidak pernah maksiat pada dirinya sendiri, matanya tidak pernah ma’siat telinganya, lesannya, tangannya,tidak pernah ma’siat pada dirinya sendiri.
3. Tiap tiap manusia baru lahir itu suci tidak mempunyai kesalahan kedholiman kepada sesama manusia kepada ibunya, bapaknya,kepada seluruh manusia. Suci .
4. Seluruh manusia lahir suci tidak pernah mengkhianati Tanah Air nya tidak pernah berdosa dengan alam semesta ini.
Oleh karena hidup itu seperti air mengalir terus, setelah lahir mengalir sampai batas mati, diwaktu aliran usia sampai baligh, berakal barulah manusia hidupnya kemasukan dosa, dosa terhadap Alloh, terhadap diri sendiri, sesama manusia, dosa terhadap ibu bapaknya dosa terhadap alam semesta ada yang melalui lesan mata hati fikiran, akhirnya hidup itu menjadi kotor padahal manusia akan kembali pada Alloh. Asal datang suci harus kembali kepada suci sebagaimana awal datangnya.
Diistilahkan orang yang sudah wafat di kain kafani putih supaya kembali kepada putih lagi. Kembali kepada fitroh perlu penyaringan, seluruh fungsi ibadah itu penyaringan. Oleh karena hidup kita melalui detik melalui menit, jam , hari, minggu, melalui bulan, tahun semua saringan harus dimulai dari situ.
Subhanalloh saringan, Alhamdulillah, Alloh akbar, dzikir sirri saringan, jahar saringan untuk menyaring diri kita agar kembali bersih lagi. Zakat itu meliputi sejak lahir sampai wafat. Sudah tentu kita kemasukan kotoran kotoran dosa. 
Saat dhuhur disaring, asar, maghrib, isya, subuh, itu saringan harian. Ada saringan mingguan, jum’at, ada saringan tahunan seperti puasa bulan Romadlon dan sebagainya. Setelah melalui saringan, bersih baru masuk Id kembali bersih kembali ke sifat asal manusia.
Alloh Taala berfirman dalam Alqur'an.
ALLOHU YADA’UL KHOLQO TSUMMA YU’IIDU
Alloh lah yang memulai penciptaan kemudian si makhluk itu kembalikan lagi.
Jadi kembali kepada asal sebenarnya bukan hanya manusia saja mengalami Idul fitri. Jam juga mengalami Idul fitri, jam satu setelah melalui putaran 12 jam kembali kepada satu, jam dua akhirnya Id kepada jam dua lagi, jam tiga akhirnya akan kembali pada jam tiga lagi, begitu juga hari hari, ahad setelah seminggu kembali lagi ke ahad. Hari senin setelah seminggu kembali lagi hari senin.
Begitu juga bulan, bulan puasa romadlon nanti setahun kembali kepada romadlon lagi. Syawal satu tahun kembali ke syawal lagi. Begitu pula tahun begitu pula malam, malam kembali ke malam lagi, siang kembali ke siang lagi, begitu juga bintang bintang, bulan, semua bintang bintang beredar mengalami Idul Fitri. Hampir sama dengan Thowaf. Manusia begitu juga, alam semesta ini juga mengalami Idul fitri dahulu tidak ada sekarang ada nanti pada sesuatu saat kembali Id tidak ada lagi. Jadi pengertian Idul Fitri itu luas mencakup seluruh alam ini. Itu lah pengertian "Id" zakat fitri dan Idil fitri.
Kalau sudah betul betul kembali Idil fitri disitu diisyaratkan diperintah takbir "ALLOHU AKBAR" mulai terbenam matahari sampai sholat Id batasnya.
Alloh maha besar mengisyaratkan di dalam Idil fitri dan zakat fitri itu kalau memang betul betul bisa Idil fitri disitu ada hikmah yang besar, ada daya yang besar yang mungkin jarang dipikirkan oleh manusia.
Yang ramai menjadi lengang yang lengang menjadi ramai. Idil Fitri mempunyai daya menimbulkan, mencairkan yang menggunung, tadinya harta benda seperti gunung di kota kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, hanya berputar putar disitu tapi karena terkena suasana Idul fitri cair. Harta benda mengalir seperti danau dibedah dari kota mengalir ke kota kecil, mengalir ke desa desa sehingga menjadi ekonomi pemerantaan. Begitu juga Idul Fitri bisa membangkitkan memori yang tersimpan dalam akal fikiran, ingat kepada teman yang dahulu, ingat pada teman jauh. Yang jauh dijelang yang dekat dihampiri yang tinggi didaki yang rendah dituruni sampai sampai orang orang dibarzah-pun diingatkan karena suasana Idil fitri. Dibangunkan kembali kesadarannya bahwa kita adalah umat yang sama sama berdosa antar sesama manusia hingga timbul ma’af memaafkan halal bi halal, dan masih banyak masalah idil fitri.
Begitu juga ingat kepada fakir miskin, datang dari kota membawa oleh-oleh untuk handai tolan, saudara dan sebagainya sehingga kelihatan tidak ada yang bakhil, semua kelihatan dermawan, semua itu karena suasana Idil fitri, yang tadinya kotor jadi berseri seri wajahnya senyum simpul antara satu dengan lainnya. Mudah mudahan suasana Idil fitri menjadi suasana yang tolong menolong "marhamma" kasih mengasihi sehingga menjadi masyarakat yang adil dan makmur

Minggu, 05 Agustus 2012

SEMPURNANYA SHOLAT


Bersabda Rosululloh SAW., :  “Tiap-tiap sesuatu itu ada pilihannya (ada intinya), dan pilihan di dalam sholat itu adalah takbir yang pertama”.
Dan sebagaimana disebutkan dalam Hadits di tulisan sebelumnya, bahwa kalau tidak sempurna ruku’nya, tidak sempurna sujudnya dan tidak sempurna khusyu’nya, maka itu adalah sejelek-jeleknya pencuri.
 Jadi yang dimaksud adalah  :
  • Apa makna Ruku’ kita ?
  • Apa makna Sujud kita ?
  • Apa makna Khusyu’ kita ?
Tidak sekedar lahirnya saja yang dimaksud dalam Hadits ini. Dan marilah kita ikuti kajian tashawwuf-nya.
TAKBIR
Di dalam Ibadah Sholat itu ada dua macam Takbir, yaitu  :
  1. TAKBIROTUL  IHROM  :  Yiatu Takbir yang paling awwal.
  2. TAKBIROTUL INTIQOLAT  :  Yaitu Takbir selain pada takbir yang pertama, ini adalah takbir untuk berpindahnya antara Rukun Sholat yang satu kepada Rukun Sholat selanjutnya.
Namun yang paling inti adalah  TAKBIROTUL  IHROM, karena disitulah tempatnya Niat.  Apabila kita melaksanakan Sholat, maka ketika membaca Takbirotul Ihrom itulah kita harus niat.
ALLOHU AKBAR :  “ALLOH  MAHA  BESAR”.
  • Maha Besar DzatNya.
  • Maha Besar IlmuNya.
  • Maha Besar QodratNya.
  • Maha Besar KalamNya.
  • Maha Besar Ni’matNya.
  • Maha Besar RohmatNya.
  • Maha Besar DzikirNya.
  • Maha Besar AmpunanNya.
  • Maha Besar KeridloanNya.
Jadi isinya       ALLOHU AKBAR    itu hanya mengandung maksud Kebesaran Alloh saja.
Dan oleh karena besarnya Ni’mat Alloh yang diberikan kepada manusia, maka manusia harus menghormati Dzat Yang Maha Besar.
Jadi maknanya kita berdiri ketika Takbirotul Ihrom itu adalah menghormati kepada Dzat Yang Maha Besar secara Lahir dan Bathin, inilah maknanya ‘Qiyaam’, ketika Sholat, jangan meremehkan tapi harus menghormati.
Lalu cukupkah hanya menghormati Alloh saja?. Tidak cukup. Lalu bagaimana?.
RUKU’
Juga harus menundukkan Diri Lahir dan Bathin, baikpun Tenaga, Fikiran, Perasaan, semuanya harus ditundukkan kepada Dzat Yang Maha Besar, ditundukkan kepada  ALLOHU  AKBAR.
Dan tunduk itu artinya adalah :  Ruku’.  Ruku’ itu menundukkan Jiwa, menundukkan Jasmani, menundukkan Fikiran, menundukkan Nafsu kepada Allohu Akbar.
Jadi setelah menghormati lalu menundukkan diri. Misalnya kita mau menghormati pada pimpinan kita kan harus tegak, tapi itu saja tidak cukup, harus menundukkan diri pula.  Dalam Hadits ini disebut  :
LAA  YATIMMA  RUKUU’AHAA
Apabila ruku’nya itu tidak sempurna, maka cara untuk menyempurnakannya adalah harus menundukkan diri. Bila tidak menundukkan diri maka itulah pencuri namanya.
Memang ruku’ secara lahir di dalam Sholat itu mudah saja, tapi yang dimaksud  ‘LAA  YATIMMA  RUKUU’AHAA’, ialah benar-benar menundukkan diri kepada Alloh.
Jadi bunyi Hadits ini jangan diartikan secara dhohir saja, itu namanya kuliti, sedangkan kita ini bukan kuliti tapi Quality. Cukupkah menundukkan diri?. Tidak cukup. Lalu harus bagaimana?.
SUJUD
Menghormat dan menundukkan diri saja tidak cukup, tapi juga harus taat kepada Alloh. Ta’at ialah :  Apa yang diperintahkan haruslah dilaksanakan.
  • Apabila diperintah menjauhi suatu larangan, maka dijauhi.
  • Apabila diperintah mengerjakan suatu perintah, maka dikerjakan.
Jadi taat itu ialah melaksanakan perintah-perintah Alloh dan menjauhi larangan-larangan Alloh, dan inilah juga maknanya Sujud. Sujud adalah ta’at akan perintah-perintah Alloh.
 Jadi kesimpulannya :
Berdiri itu :  Penghormatan atau mengagungkan diri kepada Alloh.
Ruku’ itu   :  Penundukkan, menundukkan diri kepada Alloh.
Maka setiap hari itu kita dididik untuk mengagungkan Alloh dan dididik ta’at kepada Alloh.  Dan adanya kita dididik untuk tunduk kepada Alloh karena di dalam Hadits Rosul bersabda  :
Qoola Rosuulullohi Shollallohu ‘alaihi Wasallam :   MAN  TAWAADLO’A  LILLAAHI  ROFA’AHULLOOHU.
Artinya :  Bersabda Rosululloh SAW., :  “Siapa yang tunduk kepada Alloh, maka Alloh mengangkatnya”.
Begitu juga tentang sujud, semua dunia ini baikpun langit, bumi, semuanya itu sujud atau ta’at kepada Alloh. Sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an :
WALILLAAHI  YASJUDU  MAA  FIS  SAMAAWAATI  WAMAA  FIL  ARDLI. (An Nahl :49)
Artinya :  “Sujud kepada Alloh segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi”.
Matahari ta’at kepada Alloh, buktinya :  Jalannya Matahari itu mengikuti undang-undang Alloh. Begitu pula Bumi juga ta’at mengikuti undang-undang Alloh. Dan Bulan pun demikian, juga mengikuti undang-undang Alloh.  Jadi semuanya itu ta’at kepada Alloh, sehingga jutaan bintang-bintang tidak saling bertabrakan, ini adalah karena seluruh alam ta’at melaksanakan aturan-aturan dari Alloh.
Keta’atannya alam semesta ini jauh berbeda dengan kebanyakan manusia, kalau manusia diberi rambu-rambu tapi diterjang terus. Adalagi manusia yang ingin ta’at kepada Alloh, tapi ternyata keliru jalannya.
Cukuplah dengan hanya dengan mengagungkan dan menundukkan diri serta menta’ati saja?. Tidak cukup. Lalu harus bagaimana?. Haruslah Khusyu’.


PARA PENCURI SHOLAT


  Sholat adalah induk, penentu semua amal sekaligus kunci tegak robohnya Islam dalam diri. Tapi anehnya, masih banyak yang sembrono dengan sholat dan tidak memperhatikan soal Khusyu’nya sholat. Padahal khusyu’ dalam sholat itu merupakan harga mati. Tanpa khusyu’ sholat tidak akan diterima Alloh. Hanya mendapat capek dan kepayahan saja.
  Orang-orang yang tidak khusyu’ dalam sholatnya ini disebut “Pencuri Sholat”. Rosululloh SAW bersabda “Sejelek-jeleknya manusia adalah pencuri yaitu yang mencuri shalatnya.”
Mengapakah orang yang tidak khusyu’ dalam sholatnya dikatakan sebagai pencuri sholat? Dalam Al Quran bahwa sholat itu untuk dzkir kepada Alloh; “Tegakkanlah Sholat untuk dzikir kepada Ku” (surat Thoha/ayat 14). Jadi sholat adalah ‘wilayah Alloh’ (lidzikrii), Jika seseorang itu ingat kepada selain Alloh didalam sholatnya sama dengan merebut yang bukan haknya dan bukankah seperti “Pencuri”?
   Bukan hanya itu, orang yang tidak khusyu’ sholatnya bahkan diancam neraka Weil: “Neraka Weil bagi orang-orang yang sholat.  Yaitu orang-orang yang lupa didalam sholatnya”. (Al Maa’un/ayat 4-5). Sudah capek-capek mengerjakan sholat tapi malah mendapat neraka Weil. Jadi khusyu’ itu sangat penting dan tak bisa ditawar lagi.