Sabtu, 14 Juli 2012

KEADAAN ALAM BARZAH


KEADAAN  RUH-RUH  DI  ALAM  BARZAH.
Bagaimana keadaannya ruh-ruh yang sudah ditahan di alam barzah?.
Alam barzah itu tengah-tengah antara akherat dengan dunia, alam barzah itu tempat penahanan. Jadi semua ruh-ruh yang sudah pisah dengan jasad itu sekarang bertempat di alam barzah. Barzah itu maknanya tabir. Kalau antara alam arwah dengan alam dunia ditengah-tengahnya ada alam arham, maka tengah-tengah antara alam dunia dengan akherat alam barzah. Jadi semua ruh yang telah pisah dengan jasad, semua masih berhenti di alam barzah.
Adapun yang kebetulan mu’min, maka pagi dan sore diberitahukan gambarannya surga : “Itu tempatmu besok tapi jangan keburu ke situ menunggu dulu”. Adapun orang yang prilakunya jelek atau orang kafir, maka juga diberitahukan pagi dan sore akan jurang neraka. Tapi walaupun mereka belum menempati neraka, mereka di alam barzahpun sudah merasakan penderitaan. Orang kafir setelah melihat gambarannya neraka berkata kepada malaikat : “Malaikat, kok begitu tempatnya!”.
Malaikat : “Ya kamu jangan menyesal, sebab menyesalmu sekarang ini tidak ada manfaatnya. Kalau kamu dahulu di dunia menyesal, itu masih ada manfaatnya”.
Orang kafir : “Astaghfirullohal‘adhim”.
Malaikat : “Kamu sekarang membaca ; “Astaghfirullohal’adhim”, bacaan istighfarmu itu sudah tidak ada manfaatnya. Minta ampun sudah tidak bisa, sebab minta ampun itu tempatnya di dunia. Sekarang ini tinggal nafsi-nafsi, tinggal menerima nasib, tinggal memetik buah”.
Orang kafir : “Kok bisa begitu malaikat!”.
Malaikat : “ bicara saja kamu itu”.
Orang kalau sudah wafat itu bagaimana keadaannya?.
Keadaan ruh yang sudah pisah dengan jasad itu ada yang gembira dan juga ada yang susah, jadi sama saja. Ruh itu bisa gembira dan bisa susah tanpa jasmani, diwaktu sampeyan jaga (tidak tidur), maka ruh gembira dan susah dengan jasmani. Tapi kalau sampeyan tidur maka ruh gembira dan susah, tetapi jasmani tidak ikut merasakannya. Pada waktu tidur, ruh merasakan sakit, merasakan gembira, merasakan takut tapi si jasmani diam saja tidak ikut merasakan. Sedangkan yang merasakan sakit, gembira, ketakutan hanyalah ruhani.
Kadang-kadang ada yang kebetulan bermimpi yang menyenangkan, lalu setelah bangun dia kecewa dan ingin tidur kembali, ingin meneruskan mimpi yang menyenangkan tersebut tapi tidak bisa. Tapi ada yang bermimpi yang tidak menyenangkan, maka begitu bangun nafasnya tersengal-sengal. Lalu terkadang istrinya dimarahinya : “Kamu kok diam saja, masak tidak tahu aku dikejar-kejar anjing!”.Ya bagaimana istrinya bisa mengetahui kalau dirinya dikejar anjing, sebab alamnya sudah berbeda. Meskipun tidurnya satu bantal, satu selimut tapi alamnya sudah lain. Adapun yang bisa satu adalah jasmaninya saja tapi kalau mimpi, alamnya sudah lain. Karena memang dunia mimpi itu lebih luas dari pada alam semesta ini.
Dan mimpi itu ada ayang shodiq dan ada yang kadzib atau dusta. Seumpamanya pada waktu siang ada pekerjaan yang dikerjakan tapi belum selesai dan masih di fikiran saja, lalu tidur. Maka pada waktu tidur di malam hari muncul dalam mimpi, ini namanya mimpi kadzib. Yakni mimpi yang disebabkan oleh bayangan yang masih panas di urap saraf yang belum selesai pada waktu siang. Kalau mimpi shodiq sudah lain lagi, tidak ada hubungannya dengan bayangan-bayangan yang terjadi pada waktu siangnya. Kadang pada waktu siang sudah membayang-bayangkan, melamun, thulul amal. Kemudian pada waktu malamnya bermimpi terbang dengan berpakaian kerajaan lalu meloncat dari atas dan menimpa orang berjualan rujak, dan semuanya itu memecahkan kemaronnya dawet. Ya semuanya itu mungkin saja terjadi, wongnamanya saja mimpi.
Siapa sih yang maido atau mencela orang mimpi?. Menuntut ya tidak bisa, dan untungnya semua orang pernah bermimpi. Meskipun orang yang bermimpi itu bercerita yang ceritanya mustahil menurut akal, tapi orang yang mendengarkan mengiyakan saja, apa sebab?. Sebab sama-sama pernah merasakan dan mengalami mimpi, makanya cerita tersebut tidak dibantahnya. Walaupun cerita mimpi tersebut mustahil di akal fikiran manusia. Seumpamanya orang yang menerima cerita mimpi tersebut tidak pernah bermimpi, maka pasti orang tersebut tidak percaya dan berkata : “Bohong kamu, wong saya tahu dari tadi kamu diam tidur disitu saja kok terbang-terbang segala”

Selasa, 10 Juli 2012

TITIK SENTRAL SELURUH IBADAH


Didalam sebuah hadits diterangkan bahwa yang menjadi titik sentral seluruh ibadah adalah sholat :
 QOOLA ROSUULULLOOHI SHOLLALLOOHU `ALAIHI WASALLAM:
AWWALU MAA YUHAASABU BIHIL `ABDU YAUMAL QIYAAMATI ASHSHOLAATU, FAIN SHOLAHAT SHOLAHA LAHU SAAIRU `AMALIHI, WA IN FASADAT FASADA SAAIRU `AMALIHI.
( `An Anas , Rowaahut Thobrooni fil Ausath wadl Dliyaa`)
Jaami`us Shoghiir / Jilid I / Huruf Alif / Hal 100 ).
Artinya : Bersabda Rosululloh S.A.W. : " Awal-awalnya sesuatu yang dihisab terhadap hamba pada hari qiyamat adalah persoalan sholat. Jika baik sholatnya maka bagi hamba itu baiklah seluruh amalnya, dan jika rusak sholatnya maka bagi hamba itu rusaklah seluruh amalnya ".
            Seluruh manusia setelah meninggalkan dunia akan menjadi penduduk akhirat, dan pada hari qiyamat itu pastilah semua hamba akan menghadapi persoalan-persoalan sehubungan dengan amalnya ketika di dunia ini.
Semua amalnya akan dihisab / ditanyakan / dihitung / dinilai.
Sholatnya akan dihisab, zakatnya akan ditanyakan, puasanya akan ditanyakan, masalah hajinya akan ditanyakan, masalah perekonomiannya akan ditanyakan.
             Walhasil nanti di hari qiyamat seluruh persoalan akan ditanyakan.
Dan kalau memang pada hari qiyamat itu segudang persoalan akan ditanyakan, lalu apakah sesuatu yang paling awal ditanyakan ?
Apakah yang paling awal dihisab itu soal puasa, zakat, haji, ataukah soal-soal lainnya ?  Tidak.
             Sebelum dipertanyakan soal-soal lain, maka yang menjadi kunci persoalan dan yang paling pertama ditanyakan ialah masalah sholat.
Oleh karena yang menjadi titik persoalan atau kunci persoalan ialah masalah sholat, maka perhatian kita harus kita sentralkan pada persoalan sholat.
 Inilah yang harus menjadi perhatian bagi umat Islam.
             Apabila setelah diperiksa ternyata persoalan sholat itu  "SHOLAHA" (baik), tidak mengecewakan, atau lulus, maka seluruh amalnya ikut saja atau nunut saja, sehingga  puasanya dinilai baik, zakatnya dinilai baik, hajinya dinilai baik, amar ma`rufnya dinilai baik.
Walhasil total semua ibadahnya dinilai baik, karena sholatnya sudah baik.
 FA IN SHOLAHAT SHOLAHA LAHU SAAIRU `AMALIHI.           
             Tetapi apabila setelah diperiksa ternyata persoalan sholat itu "FASADA" (rusak) : sholatnya rusak, sholatnya ngawur, sholatnya tidak berjiwa, sholatnya tidak bernilai sama sekali, maka seluruh amalnya ikut semua, total semua amalnya ikut dinilai tidak baik.
 WA IN FASADAT FASADA  SAAIRU `AMALIHI.
             Maka jelaslah bahwa sholat itu adalah titik sentralnya seluruh amal, hasil dan tidaknya seluruh amal itu ditentukan oleh sholatnya, baik dan buruknya seluruh amal itu tergantung pada sholatnya.
Begitulah hebatnya persoalan sholat.
             Oleh karena hadits ini sebagai pedoman besar yang menerangkan bahwa sesuatu yang menjadi titik sentral dan yang pertama ditanyakan adalah masalah sholat, maka mestinya sebagai umat Islam itu haruslah perhatian penuh-penuh ditujukan pada masalah sholat, bukan masalah lainnya.
Bahkan kadang-kadang masalah sholat itu tidak menjadi perhatian yang penuh, tapi hanya menjadi adat saja,  justru persoalan-persoalan selain sholat yang diperhatikan sampai mendetail. 
Ini adalah suatu tipuan yang menipu diri sendiri.